16 Februari 2010

Sejarah Valentine`s Day: dipenuhi kemusyrikan dan paganism: persembahan atas nama cinta

Sampai saat ini tidak ada kesepakatan para ahli mengenai sejarah awal mula dirayakannya 14 Februari sebagai Hari Valentine, perayaan kasih sayang. The World Book Ensyclopedia (1998) mengemukakan banyak versi mengenai Hari Kasih Sayang. Sebagian memahaminya sebagai Perayaan Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari tersebut, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan.
Pada 15 Februari mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena angapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus dan Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britanica: Christianity)
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentines Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998)
Sementara The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang diantaranya dilukiskan sebagai mati pada masa Romawi. Tidak jelas Santo Valentine yang dimaksud.
Berdasarkan sejarahnya saja dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya latar belakang dari perayaan/ peringatan Valentine`s Day tidak terlepas dari pengaruh budaya paganism dan kemusyrikan. Para pagan dan musyrik ini telah menodai kesucian cinta yang Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang berikan kepada manusia sebagai fitrahnya. Persembahan-persembahan kepada Tuhan-Tuhan mereka mengatasnamakan cinta merupakan bentuk-bentuk pengaburan akan makna hakikat dari sebuah cinta. Sifat cinta yang mendekatkan seseorang kepada orang yang dicintainya agar menjadi manusia yang penuh kasih terhadap sesamanya berubah menjadi cinta semu semata. Cinta yang semestinya ungkapan kasih sayang karena telah mendapat cinta dari pemilik cinta dikotori oleh persembahan cinta yang dilandasi nafsu dan materi belaka. Tapi, apakah yang Tuhan-Tuhan yang mereka sembah bisa mendatangkan kebaikan ataupun ketenangan kepada mereka? Apa yang Mereka berikan kepada penyembahnya tidak lain adalah kenikmatan semu. Kesenangan dalam melampiaskan nafsu dan birahi belaka dengan cara-cara yang tidak wajar dan berlebihan. Tetapi, Allah bias memberikan semuanya bagi siapapun asalkan mereka tunduk dalam batasan yang Allah berikan. Allah lah, Tuhan yang memberikan berbagai nikmat-Nya kepada makhluk-Nya yang pantas mendapat cinta.
Pecinta sejati adalah orang yang bersungguh-sungguh dan tulus tanpa pamrih dalam memberikan kasih sayangnya. Dia tidak pernah menghitung berbagai macam pemberian-Nya walaupun makhluk-Nya mengingkarinya. Apakah Allah memilah-milah dalam memberikan rahmat-Nya? Apakah Allah hanya memberikan kekayaan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya saja? Bahkan lihatlah kenyataan hidup saat ini, siapakah yang hidup dalam kemewahan? Allahlah yang pantas untuk dicintai karena Dia mencintai dan memberi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar